Rabu, 31 Agustus 2016

Garansi Income - Cara Menghitung

Setelah mengetahui pentingnya garansi income dalam perencanaan keuangan, kita harus tahu bagaimana cara menghitungnya. 

 Ada rumus perhitungan yang memperhatikan inflasi dan bunga. Tetapi untuk sederhananya, kita bisa langsung ke contoh.

Asumsikan pengeluaran rumah tangga dalam sebulan sebesar Rp 10.000.000. 

Pengeluaran setahun menjadi 12 x Rp 10.000.000  = Rp 120.000.000.

Asumsikan bunga deposito di masa mendatang, katakanlah 10 %. 

Maka garansi income yang diperlukan adalah :
     Rp 120.000.000 : 10% = Rp 1.200.000.000.

Artinya, bila terjadi sesuatu (dalam hal ini meninggal dunia), maka keluarga yang ditinggalkan memiliki Rp 1.2 M, yang akan didepositokan. Dari bunga deposito sebesar 10 %, maka keluarga memiliki penghasilan Rp 10.000.000 tiap bulannya, untuk memenuhi kebutuhan hidup tiap bulannya. Anak - anak tetap bisa sekolah, tidak sampai kelaparan. 

Hal tersebut di atas tidak diperhitungkan inflasi. 

Bagaimana cara memiliki garansi income tersebut diatas ? 

Di negara Indonesia, kita tidak memiliki sistem jaminan sosial. Jadi kitalah yang harus menciptakan untuk keluarga kita. Hal ini bisa didapatkan melalui asuransi, baik berupa term life, whole life atau produk asuransi dengan investasi, dengan uang pertanggungan senilai garansi income yang kita butuhkan. 

Hanya perlu diingat, kita harus tahu pasti apa tujuan kita mengambil asuransi. Bila anda ingin investasi, akan berbeda kebutuhan preminya dibandingkan bila kita menginginkan garansi income. 

Biasanya asuransi term life atau whole life memiliki premi yang lebih rendah dibandingkan asuransi dengan investasi. Sebaiknya anda cermat membaca polis, bukan hanya berdasarkan keterangan agen asuransi. 

Kenali kebutuhan anda dan cara mencapainya. 

Garansi Income

Garansi atau jaminan merupakan salah satu hal yang kita cari saat membeli sebuah barang. Makin tinggi nilai sebuah barang, baik itu gadget, elektronik, kendaraan, kita pasti tanyakan, apakah ada garansi bila terjadi sesuatu. Apakah kita mengharapkan terjadi musibah atas barang yang kita beli ? Tentu tidak.

Apa hal yang paling berharga yang menjadi milik anda ? Saya pikir kita semua akan menjawab hal yang sama. Hidup itu sendiri lebih berharga dari segala harta di dunia. Sebagai bagian dari manusia religius, saya percaya bahwa hidup kita ada di tangan Tuhan. Dan Tuhan juga memberi hikmat bagi kita untuk menjaga dan mengelolanya. 

Bila anda memiliki mesin uang dan mobil di dalam rumah anda, dan kemudian terjadi musibah kebakaran, apa yang anda selamatkan ? Mesin uang ? Mobil ?

Mesin uang dapat membeli mobil lagi, sedangkan mobil nilainya akan terus merosot. 

Sadarkah anda, bahwa anda adalah mesin uang tersebut ? Bahwa anda unik, dan tidak tergantikan posisi anda dalam menghasilkan income untuk keluarga anda ?

Apakah anda memiliki garansi bagi hidup anda ? Apakah akan ada back up bila terjadi sesuatu ? Seperti yang sudah kita bahas di awal, tidak ada satupun dari kita mengharapkan terjadi musibah. 

Bagi sebuah keluarga, di mana kepala keluarga adalah pencari nafkah aktif, maka diperlukan garansi income, just in case sesuatu terjadi yang mengakibatkan pencari nafkah aktif tidak lagi dapat menafkahi keluarganya, baik berupa cacat menetap ataupun meninggal dunia. Ini bukan berarti kita tidak beriman, tetapi kita menggunakan hikmat pengertian yang sudah diberikan oleh Tuhan untuk mengelola hidup kita. 

Apalagi pada superactive income, dimana pekerjaan itu merupakan skill dan knowledge khusus yang tidak bisa ditransfer kepada anggota keluarga lainnya. Seperti contohnya pengacara, dokter, pendidik, keahlian mereka tidak bisa ditransfer kepada pasangan hidupnya ataupun pada anaknya. Berbeda halnya dengan jenis usaha bisnis atau dagang. 

Dalam perencanaan dan pengelolaan keuangan, garansi income ini ditempatkan setelah kita dapat memenuhi kebutuhan hidup dasar kita. Bukan lifestyle yah, karena ini sangat berbeda. 

Sudahkah anda menyadari pentingnya garansi income ini dalam perencanaan keuangan keluarga anda ?