Dalam seminggu ini saya berangkat dan pulang kerja, saya melihat ada 2 kecelakaan sepeda motor. Yang satu korbannya ibu muda, dipapah para penolong masih menggunakan helm. Yang satunya pemuda yang sudah duduk di tepi jalan saat saya lewat, luka lecet sambil shock.
Kita bisa melihat banyak karakter para pengendara sepeda motor. Ada yang memakai helm dengan dikunci "klik", rapi. Apapun alasannya, apakah karena sadar kalau si helm itulah yang melindungi kepalanya, ataukah hanya sekedar taat peraturan.
Orang kedua, pakai helm tapi asal saja, tidak dikancingkan. Helmnya pun ala kadarnya, asal tidak ditilang. Ataukah tidak sanggup beli helm baru ?
Karakter ketiga, tidak pakai helm, ngebut, cuek saja kalaupun ada polisi malah makin kencang mengendarai motornya.
Karakter keempat, orang tidak ber helm karena alasan "dekat", tidak keluar dari area perumahan, tidak ada polisi jaga.
Saya menganalogikannya dengan kehidupan finansial kita. Mengendarai sepeda motor sama dengan perjalanan hidup kita. Sama - sama ingin mencapai tujuan tertentu. Apakah kita menjalaninya dengan aman finansial, ataukan dengan kesembronoan. Namanya sembrono tentu saja ceroboh, dengan disengaja.
Perjalanan menggunakan helm dengan benar sama dengan mempersiapkan proteksi dan investasi yang tepat untuk meraih tujuan tertentu. Apakah dana pendidikan anak, dana pensiun, ataukah kebutuhan lainnya.
Sedangkan perjalanan dengan helm ala kadarnya asal tidak ditilang merupakan kejadian paling banyak. Kita "asal" meletakkan tabungan dan investasi, yang penting punya asuransi, yang penting punya tabungan, tanpa memperhatikan apakah cukup bijaksana dalam pengelolaannya.
Perjalanan tanpa helm dan ugal -ugalan, sama dengan orang yang dengan sengaja membahayakan diri sendiri dan keluarganya, karena tidak memiliki perencanaan keuangan sama sekali.
Dan perjalanan yang disangka dekat, tidak ada hal yang memaksa harus memakai helm, analog dengan orang yang tahu kebutuhan proteksi dan investasi tetapi selalu menunda untuk melakukannya, karena merasa "belum butuh".
Saya kira cukup jelas hal di atas menggambarkan kepentingan sebuah perencanaan finansial.
Apapun instrumen yang dipilih, selalu ada konsekuensinya. Tetapi hidup tanpa perencanaan sama dengan merencanakan untuk gagal. Tuhan pun memberi kita akal budi untuk mengelola alam dan seisinya, mengusahakannya untuk hidup kita, keluarga, dan juga bermanfaat bagi orang lain.
Kita bisa melihat banyak karakter para pengendara sepeda motor. Ada yang memakai helm dengan dikunci "klik", rapi. Apapun alasannya, apakah karena sadar kalau si helm itulah yang melindungi kepalanya, ataukah hanya sekedar taat peraturan.
Orang kedua, pakai helm tapi asal saja, tidak dikancingkan. Helmnya pun ala kadarnya, asal tidak ditilang. Ataukah tidak sanggup beli helm baru ?
Karakter ketiga, tidak pakai helm, ngebut, cuek saja kalaupun ada polisi malah makin kencang mengendarai motornya.
Karakter keempat, orang tidak ber helm karena alasan "dekat", tidak keluar dari area perumahan, tidak ada polisi jaga.
Saya menganalogikannya dengan kehidupan finansial kita. Mengendarai sepeda motor sama dengan perjalanan hidup kita. Sama - sama ingin mencapai tujuan tertentu. Apakah kita menjalaninya dengan aman finansial, ataukan dengan kesembronoan. Namanya sembrono tentu saja ceroboh, dengan disengaja.
Perjalanan menggunakan helm dengan benar sama dengan mempersiapkan proteksi dan investasi yang tepat untuk meraih tujuan tertentu. Apakah dana pendidikan anak, dana pensiun, ataukah kebutuhan lainnya.
Sedangkan perjalanan dengan helm ala kadarnya asal tidak ditilang merupakan kejadian paling banyak. Kita "asal" meletakkan tabungan dan investasi, yang penting punya asuransi, yang penting punya tabungan, tanpa memperhatikan apakah cukup bijaksana dalam pengelolaannya.
Perjalanan tanpa helm dan ugal -ugalan, sama dengan orang yang dengan sengaja membahayakan diri sendiri dan keluarganya, karena tidak memiliki perencanaan keuangan sama sekali.
Dan perjalanan yang disangka dekat, tidak ada hal yang memaksa harus memakai helm, analog dengan orang yang tahu kebutuhan proteksi dan investasi tetapi selalu menunda untuk melakukannya, karena merasa "belum butuh".
Saya kira cukup jelas hal di atas menggambarkan kepentingan sebuah perencanaan finansial.
Apapun instrumen yang dipilih, selalu ada konsekuensinya. Tetapi hidup tanpa perencanaan sama dengan merencanakan untuk gagal. Tuhan pun memberi kita akal budi untuk mengelola alam dan seisinya, mengusahakannya untuk hidup kita, keluarga, dan juga bermanfaat bagi orang lain.
