Sabtu, 08 Oktober 2016

Helm dan Tujuan Hidup Anda

Dalam seminggu ini saya berangkat dan pulang kerja, saya melihat ada 2 kecelakaan sepeda motor. Yang satu korbannya ibu muda, dipapah para penolong masih menggunakan helm. Yang satunya pemuda yang sudah duduk di tepi jalan saat saya lewat, luka lecet sambil shock.

Kita bisa melihat banyak karakter para pengendara sepeda motor. Ada yang memakai helm dengan dikunci "klik", rapi. Apapun alasannya, apakah karena sadar kalau si helm itulah yang melindungi kepalanya, ataukah hanya sekedar taat peraturan.

Orang kedua, pakai helm tapi asal saja, tidak dikancingkan. Helmnya pun ala kadarnya, asal tidak ditilang. Ataukah tidak sanggup beli helm baru ?

Karakter ketiga, tidak pakai helm, ngebut, cuek saja kalaupun ada polisi malah makin kencang mengendarai motornya.

Karakter keempat, orang tidak ber helm karena alasan "dekat", tidak keluar dari area perumahan, tidak ada polisi jaga.

Saya menganalogikannya dengan kehidupan finansial kita. Mengendarai sepeda motor sama dengan perjalanan hidup kita. Sama - sama ingin mencapai tujuan tertentu. Apakah kita menjalaninya dengan aman finansial, ataukan dengan kesembronoan. Namanya sembrono tentu saja ceroboh, dengan disengaja.

Perjalanan menggunakan helm dengan benar sama dengan mempersiapkan proteksi dan investasi yang tepat untuk meraih tujuan tertentu. Apakah dana pendidikan anak, dana pensiun, ataukah kebutuhan lainnya.

Sedangkan perjalanan dengan helm ala kadarnya asal tidak ditilang merupakan kejadian paling banyak. Kita "asal" meletakkan tabungan dan investasi, yang penting punya asuransi, yang penting punya tabungan, tanpa memperhatikan apakah cukup bijaksana dalam pengelolaannya.

Perjalanan tanpa helm dan ugal -ugalan, sama dengan orang yang dengan sengaja membahayakan diri sendiri dan keluarganya, karena tidak memiliki perencanaan keuangan sama sekali.

Dan perjalanan yang disangka dekat, tidak ada hal yang memaksa harus memakai helm, analog dengan orang yang tahu kebutuhan proteksi dan investasi tetapi selalu menunda untuk melakukannya,  karena merasa "belum butuh".

Saya kira cukup jelas hal di atas menggambarkan kepentingan sebuah perencanaan finansial.
Apapun instrumen yang dipilih, selalu ada konsekuensinya. Tetapi hidup tanpa perencanaan sama dengan merencanakan untuk gagal. Tuhan pun memberi kita akal budi untuk mengelola alam dan seisinya, mengusahakannya untuk hidup kita, keluarga, dan juga bermanfaat bagi orang lain. 

Minggu, 02 Oktober 2016

Hot Coffee For Our Future

Harumnya kopi semerbak memenuhi ruangan tersebut. Relaxing, energizing, inspiring.

Berapa banyak dari kita adalah pecinta kopi? Buktinya di berbagai pertemuan, waktu jeda istirahat antar acara biasanya disebut sebagai Coffee Break. Beragam kopi tersedia di tanah air kita ini, mulai dari kopi Lampung, kopi Bali, kopi Manado, dan sebagainya.

Ngopi sudah menjadi lifestyle mulai dari skala wedangan sampai cafe. Kita membuat janji ketemu dengan klien, meeting point, bahkan tempat belajar bagi mahasiswa (baca: wifi gratis). Berapa besar budget yang tidak terasa kita keluarkan untuk hal ini?

Mari kita renungkan sejenak. Terkadang kita mengutamakan lifestyle kita dibandingkan menabung untuk masa depan kita. Sudahkah anda menyisihkan budget menabung dengan tepat ? Jenis tabungan apa yang anda pikir tepat bagi anda?

Buatlah survey kecil - kecilan tentang tabungan apa yang tepat bagi masa depan anda. Rincikan target keuangan anda, apa yang ingin anda raih setahun mendatang. Apakah biaya pernikahan ? Beli motor baru ? Biaya skripsi atau tesis ? Modal usaha ?
Bagaimana cara anda meraihnya ?

Belajar perencanaan keuangan membuat kita mengerti bagaimana seharusnya mengelola finansial, menggunakan keuangan sebagai alat atau sarana persiapan masa depan dan bukan sebagai tujuan.


Jumat, 09 September 2016

Tips Menabung (1)

MENJADI KAYA DAN BERGUNA ITU MUDAH
By Alex Purnadi Chandra

Ini salah satu contoh produk "mencicil menabung" - bukan mencicil hutang.  Mencicil masa depan. No secret, just mathematic.

1. Harus otomatis. Debet rekening, jadi tidak ada 'bulan' yang terlewat tanpa mencicil. Ingat dana cicilan setiap bulannya akan kita "compound" dalam jangka waktu lama. Ibarat menanam benih. Jangan lewatkan menabur benih, karena 20 - 25 tahun lagi benihnya akan menjadi pohon besar.

2. Harus konsisten, ditambah setorannya setiap tahun. Ini untuk meng - adjust inflasi.

3. Horisonnya harus jangka panjang, 20 - 30 tahun. Semakin lama, semakin baik. Efek compounding nya baru terasa jika jangka waktunya cukup panjang.


Salah satu teori dalam membangun kekayaan yg berguna utk masa depan (pendidikan anak, pensiun, keperluan lain) adalah dengan teknik akumulasi (compounding interest). Ini adalah teknik sederhana namun powerful dan efektif.

Senin, 05 September 2016

Prioritas Perencanaan Keuangan

Bercerita tentang investasi, tentunya bagi sebagian orang mungkin merupakan suatu hal yang tidak nyata. 

Seperti halnya sebuah bangunan, kita selalu memulai dari pondasi terlebih dahulu sebelum mengerjakan atap. 


Bangunan keuangan yang sehat harus memiliki pondasi yang kuat dan kokoh. 






Pondasi tugu keuangan merupakan kebutuhan dasar yang terdiri dari :

1. Kebutuhan harian
2. Dana darurat
3. Rumah tinggal. 

Setelah ketiga hal ini terpenuhi, barulah berpikir tentang lantai di atasnya. Persiapkan untuk segala sesuatu yang tidak bisa kita kendalikan. 

Kejadian yang di luar kontrol dapat diback up dengan :
1. Perlindungan penghasilan keluarga (garansi income)
2. Perlindungan keuangan atas kecelakaan
3. Perlindungan keuangan atas cacat tetap total
4. Perlindungan keuangan terhadap penyakit kritis. 

We prepare the umbrella before hard rain comes.

Di tahap berikutnya, barulah kita membuat prioritas perencanaan. Negara kita belum memiliki jaminan pendidikan tinggi, jaminan sosial dan pensiun bagi seluruh rakyat. Karena itu kita harus merencanakannya sendiri. 


Persiapan yang harus kita miliki untuk beberapa tahun mendatang meliputi :
1. Dana pendidikan anak
2. Dana pensiun
3. Dan tabungan jangka panjang multiguna. 

Barulah setelah semua jenjang ini kita persiapkan dengan benar, kita berpikir tentang pengembangan peluang berupa investasi. 

Marilah kita cek bangunan keuangan kita. Tuhan YME memberi kita akal budi untuk mengelola harta yang kita miliki saat ini, dan sudah sepantasnya kita rencanakan dengan baik. 

Tidak punya rencana sama dengan merencanakan kegagalan. 

Kamis, 01 September 2016

Investasi Terbaik vs Investasi Liquid

Sumber cerita : unknown

Suami saya seorang pengusaha yang suka sekali fixed asset, setiap uang lebih beliau pasti akan membeli aset. Dan aset yang dibeli biasanya milyaran harganya. Kami merasa tidak butuh asuransi karena keuangan kami cukup kuat. Sampai suatu saat ada seorang agen menjelaskan apa itu Asuransi. 

"Uang kecil beli uang besar".


Karena kesabaran si agen membukakan pengertian kami, akhirnya suami saya setuju untuk membuka polis dengan benefit cukup besar. 


Beberapa bulan lalu, tak ada yang menyangka suami saya akan pergi untuk selamanya mendadak karena serangan jantung. Dan belum lama sejak kepergiannya, saya masih berduka dan sudah didatangi penagih hutang dengan jumlah milyaran. 


Ternyata suami saya mengalami penipuan dalam bisnisnya. Saya baru merasakan betapa sulitnya kalau harus menjual aset milyaran dengan tekanan penagih hutang di masa kehilangan. Jika kita butuh uang cepat, maka pembeli akan menekan harga property serendah - rendahnya tanpa perasaan.


Belum kering air mata saya, agen asuransi kami memberitahukan bahwa perusahaan asuransi akan mentransfer dana asuransi yang cukup besar dalam tempo yang tidak lama. Dan akhirnya saya bisa membayar kepada penagih hutang itu dengan dana cash dari asuransi.


Ternyata polis asuransi lebih liquid dari property, dan lebih cepat dicairkan daripada harus menjual property yang butuh waktu lebih panjang. Saya terhindar dari kerugian menjual aset dengan merugi karena punya polis asuransi. 


 Apakah investasi yang menarik hati anda saat ini ? Kalau kita ketikkan di google tentang investasi yang paling menguntungkan, di setiap link yang muncul, rata - rata menyebutkan property sebagai investasi terbaik. Aman, pasti naik, dan tidak akan hilang.

Setelah itu akan beragam, ada yang menyebutkan reksadana, saham, pasar uang, semuanya tergantung skill yang anda miliki untuk berinvestasi.

Tetapi mari kita renungkan cerita di atas.

Investasi menurut hemat saya, harus disesuaikan dengan prioritas pengelolaan keuangan kita. Pada piramida perencanaan keuangan, bagian dasar adalah kebutuhan sehari - hari yang harus terpenuhi, suka atau tidak suka. Seperti kebutuhan rumah tangga, sekolah anak dan sebagainya.

Setelah itu, seperti pada artikel yang lalu, kita perlu yang namanya garansi income atau proteksi income. Karena ada hal - hal yang tidak kita harapkan yang bisa terjadi sewaktu -waktu.

Barulah kemudian setelah keamanan finansial kita jaga, kita dapat pikirkan investasi ke hal - hal baik lainnya.

Jadi dalam berinvestasi, kenalilah apa tujuan anda berinvestasi. Instrumen investasi apakah yang tepat sesuai kebutuhan anda. Kalau perlu, berkonsultasilah pada orang  yang lebih paham tentang perencanaan keuangan. 

Rabu, 31 Agustus 2016

Garansi Income - Cara Menghitung

Setelah mengetahui pentingnya garansi income dalam perencanaan keuangan, kita harus tahu bagaimana cara menghitungnya. 

 Ada rumus perhitungan yang memperhatikan inflasi dan bunga. Tetapi untuk sederhananya, kita bisa langsung ke contoh.

Asumsikan pengeluaran rumah tangga dalam sebulan sebesar Rp 10.000.000. 

Pengeluaran setahun menjadi 12 x Rp 10.000.000  = Rp 120.000.000.

Asumsikan bunga deposito di masa mendatang, katakanlah 10 %. 

Maka garansi income yang diperlukan adalah :
     Rp 120.000.000 : 10% = Rp 1.200.000.000.

Artinya, bila terjadi sesuatu (dalam hal ini meninggal dunia), maka keluarga yang ditinggalkan memiliki Rp 1.2 M, yang akan didepositokan. Dari bunga deposito sebesar 10 %, maka keluarga memiliki penghasilan Rp 10.000.000 tiap bulannya, untuk memenuhi kebutuhan hidup tiap bulannya. Anak - anak tetap bisa sekolah, tidak sampai kelaparan. 

Hal tersebut di atas tidak diperhitungkan inflasi. 

Bagaimana cara memiliki garansi income tersebut diatas ? 

Di negara Indonesia, kita tidak memiliki sistem jaminan sosial. Jadi kitalah yang harus menciptakan untuk keluarga kita. Hal ini bisa didapatkan melalui asuransi, baik berupa term life, whole life atau produk asuransi dengan investasi, dengan uang pertanggungan senilai garansi income yang kita butuhkan. 

Hanya perlu diingat, kita harus tahu pasti apa tujuan kita mengambil asuransi. Bila anda ingin investasi, akan berbeda kebutuhan preminya dibandingkan bila kita menginginkan garansi income. 

Biasanya asuransi term life atau whole life memiliki premi yang lebih rendah dibandingkan asuransi dengan investasi. Sebaiknya anda cermat membaca polis, bukan hanya berdasarkan keterangan agen asuransi. 

Kenali kebutuhan anda dan cara mencapainya. 

Garansi Income

Garansi atau jaminan merupakan salah satu hal yang kita cari saat membeli sebuah barang. Makin tinggi nilai sebuah barang, baik itu gadget, elektronik, kendaraan, kita pasti tanyakan, apakah ada garansi bila terjadi sesuatu. Apakah kita mengharapkan terjadi musibah atas barang yang kita beli ? Tentu tidak.

Apa hal yang paling berharga yang menjadi milik anda ? Saya pikir kita semua akan menjawab hal yang sama. Hidup itu sendiri lebih berharga dari segala harta di dunia. Sebagai bagian dari manusia religius, saya percaya bahwa hidup kita ada di tangan Tuhan. Dan Tuhan juga memberi hikmat bagi kita untuk menjaga dan mengelolanya. 

Bila anda memiliki mesin uang dan mobil di dalam rumah anda, dan kemudian terjadi musibah kebakaran, apa yang anda selamatkan ? Mesin uang ? Mobil ?

Mesin uang dapat membeli mobil lagi, sedangkan mobil nilainya akan terus merosot. 

Sadarkah anda, bahwa anda adalah mesin uang tersebut ? Bahwa anda unik, dan tidak tergantikan posisi anda dalam menghasilkan income untuk keluarga anda ?

Apakah anda memiliki garansi bagi hidup anda ? Apakah akan ada back up bila terjadi sesuatu ? Seperti yang sudah kita bahas di awal, tidak ada satupun dari kita mengharapkan terjadi musibah. 

Bagi sebuah keluarga, di mana kepala keluarga adalah pencari nafkah aktif, maka diperlukan garansi income, just in case sesuatu terjadi yang mengakibatkan pencari nafkah aktif tidak lagi dapat menafkahi keluarganya, baik berupa cacat menetap ataupun meninggal dunia. Ini bukan berarti kita tidak beriman, tetapi kita menggunakan hikmat pengertian yang sudah diberikan oleh Tuhan untuk mengelola hidup kita. 

Apalagi pada superactive income, dimana pekerjaan itu merupakan skill dan knowledge khusus yang tidak bisa ditransfer kepada anggota keluarga lainnya. Seperti contohnya pengacara, dokter, pendidik, keahlian mereka tidak bisa ditransfer kepada pasangan hidupnya ataupun pada anaknya. Berbeda halnya dengan jenis usaha bisnis atau dagang. 

Dalam perencanaan dan pengelolaan keuangan, garansi income ini ditempatkan setelah kita dapat memenuhi kebutuhan hidup dasar kita. Bukan lifestyle yah, karena ini sangat berbeda. 

Sudahkah anda menyadari pentingnya garansi income ini dalam perencanaan keuangan keluarga anda ?